Ruang personal adalah ruang di sekeliling individu, yang selalu dibawa kemana saja orang pergi, dan orang akan merasa terganggu jika ruang tersebut diinferensi (Guilford, dalam Helmi, 1999). Artinya, kebutuhan terhadap ruang personal terjadi ketika orang lain hadir. Ketidakhadiran orang lain, kebutuhan tersebut tidak muncul. Ruang personal biasanya berbentuk buble dan bukan semata-mat ruang personal, tetapi, lebih merupakan ruang interpersonal. Ruang personal ini lebih merupakan proses belajar atau sosialisasi dari orang tua. Seringkali orang tua mengingatkan ananknya untuk tidak mendekati orang asing dan lebih dekat ke orang tua terutama ibu atau anak diminta memberikan ciuman kepada saudaranya. Anak mempelajari aturan-aturan bagaimana harus mengambil jarak dengan orang yang sudah dikenal dan orang yang belum dikenalnya. Oleh karenanya, pengambilan jarak yang tepat ketika berinteraksi dengan orang lain merupakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan ruang personal diri dan orang lain.
Fungsi ruang personal adalah untuk mendapatkan kenyamanan, melindungi diri, dan merupakan sarana komunikasi. Salah satu penelitian besar mengenai ruang personal dilakukan Edward Hall yang bertujuan meneliti ruang personal sebagai cara mengirimkan pesan. Menurut Hall, ada kebutuhan dasar manusia untuk mengelola ruang yang disebut proxemics. Dengan memperhatikan jarak digunakan antar orang yang sedang berbicara, pengamat dapat menyimpulkan seberapa jauh kualitas hubungan interpersonal mereka. Jarak 0-45 cm dikategorikan sebagai jarak intim. Jarak personal dilakukan dalam jarak 3,5-7meter. Jarak intim dilakukan oleh orang yang memang benar-benar mempunyai kualitas hubungan psikis sangat erat, jarak personal dilakukan dalam interaksi dengan teman, atau sahabat, jarak sosial dilakukan individu yang tidak dikenal atau transaksi bisnis, sedangkan jarak public dilakukan oleh para public figure (Fisher & Guilford, dalam Helmi, 1999)
• Ruang personal dimiliki oleh setiap orang, dengan kata lain ruang personal merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang.
• Ruang Sosiopetal, tatanan yang mampu memfasilitasi interaksi sosial
• Ruang Sosiofugal, tatanan yang mampu mengurangi interaksi social. Ada faktor kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi proses sosialisasi
Aplikasi teori ruang personal terhadap rancangan lingkungan fisik adalah apakah fungsi utama dari lingkungan fisik tersebut dikaitkan dengan aktivitas dalam setting tersebut. Jika setting dirancang untuk memfasilitasi hubungan interpersonal maka rancangan model sosiofugal yang diperlukan, seperti ruang keluarga, ruang makan, ataupun ruang tamu. Sebaliknya, jika setting dirancang untuk tidak memfasilitasi hubungan interpersonal, maka rancangan sosiopetal yang diperlukan seperti ruang baca di perpustakaan dan ruang konsultasi serta lain-lainnya.
Teritorialitas
• Teritorialitas berhubungan dengan perasaan berbeda, privasi dan identitas personal. Teritorialitas manusia juga diasosiasikan dengan kebutuhan yang lebih tinggi, misalnya citra diri (self – image), dan pengakuan diri.
• Teritorialitas memiliki lima ciri : 1) ber-ruang, 2) dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh individu atau kelompok, 3) memuaskan beberapa kebutuhan/motif (status), 4) ditandai secara konkrit atau simbolik, 5) dipertahankan.
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah geografis untuk mencapai privasi yang optimal. Dalam kaitannya dengan usaha memperoleh privasi adalah menyusun kembali setting fisik atau pindah ke lokasi lain. Penyusunan kembali setting dapat dilakukan dengan pembuatan teritori yang diwujudkan seperti membuat pagar, membuat “tanda kepemilikan”, atau marking pada lokasi-lokasi di sungai, pegunungan, ataupun di bukit (Helmi, 1994).
Sumber:
Helmi, Avin Fadilla. 1999. Beberapa teori psikologi lingkungan. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf. Diakses tanggal 13 Februari 2011.
No comments:
Post a Comment